Solusi Cerdas Info Harian – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang dimulai pada masa kepresidenan Donald Trump masih terus berlanjut, dan ketegangan di antara kedua negara belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Baru-baru ini, terungkap bahwa China telah melakukan boikot terhadap pesawat yang diproduksi oleh Boeing, perusahaan besar asal AS. China dikabarkan boikot Boeing sebagai bentuk tekanan balasan terhadap kebijakan dagang Amerika. Tindakan ini dianggap sebagai respons terhadap tarif impor tinggi yang diterapkan oleh pemerintah Trump terhadap barang-barang China beberapa tahun lalu.
Tindakan boikot ini kembali membuka luka lama dalam hubungan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia. China dikabarkan boikot Boeing, dan banyak analis berpendapat bahwa kebijakan ini tidak hanya berdampak pada industri penerbangan, tetapi juga dapat memengaruhi dinamika geopolitik serta arah kerja sama bilateral di masa depan.
Table of Contents
Awal Mula Perang Tarif Era Trump
Ketegangan dalam perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat. Baru-baru ini, pemerintah China dilaporkan telah menginstruksikan semua maskapai penerbangan nasional untuk menghentikan penerimaan pengiriman pesawat dari Boeing, perusahaan dirgantara terkemuka asal AS. China dikabarkan boikot Boeing sebagai reaksi terhadap keputusan Washington yang menerapkan tarif impor baru sebesar 145% untuk produk-produk dari China.
Tiga maskapai yang terpengaruh oleh kebijakan ini adalah Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines. China dikabarkan boikot Boeing, sehingga mereka telah diperintahkan untuk menghentikan penerimaan pesawat dari produsen tersebut. Dalam rentang waktu 2025 hingga 2027, ketiga maskapai tersebut dijadwalkan untuk menerima total 179 unit pesawat dari produsen tersebut.
Tindakan ini menunjukkan dampak langsung dari ketegangan perdagangan yang terus berlanjut antara kedua negara. Dengan adanya tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS, China mengambil langkah strategis untuk melindungi industri dalam negerinya, termasuk dengan aksi nyata seperti China dikabarkan boikot Boeing, sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan perdagangan yang dianggap merugikan.
Boeing Jadi Korban Politik Dagang
Saat ini, Boeing belum memberikan tanggapan terkait kebijakan yang baru saja diumumkan. Namun, pasar langsung bereaksi dengan penurunan saham Boeing sebesar 0,5% pada perdagangan siang hari setelah berita bahwa China dikabarkan boikot Boeing beredar.
Meskipun demikian, beberapa analis berpendapat bahwa dampak jangka pendek terhadap keuangan Boeing dapat diminimalkan, asalkan perusahaan mampu mengalihkan pengiriman pesawat ke negara lain. Namun, China dikabarkan boikot Boeing, dan kekhawatiran akan ketegangan yang berkepanjangan dapat menimbulkan ketidakpastian yang lebih besar dalam rantai pasok global industri penerbangan, yang sudah tertekan akibat pandemi, kelangkaan material, dan masalah teknis lainnya.
Tindakan terbaru dari China ini merupakan respons terhadap kebijakan balasan yang diterapkan oleh Trump, yang menaikkan tarif barang impor AS hingga 125%. Kini, kedua negara terjebak dalam siklus saling membalas kebijakan ekonomi, dengan potensi kerugian jangka panjang yang terus mengintai. Ini bukanlah kali pertama China bersikap tegas terhadap Boeing, setelah dua kecelakaan tragis pesawat Boeing 737 MAX yang terjadi pada 2018 dan 2019, di mana China menjadi negara pertama yang menghentikan operasional pesawat tersebut dan menangguhkan hampir seluruh pengiriman serta pemesanan sejak 2019. Kini, China dikabarkan boikot Boeing sebagai bentuk tekanan tambahan terhadap Amerika Serikat.
Dampak terhadap Industri Penerbangan Global
Kehilangan akses ke pasar China merupakan tantangan besar bagi Boeing. Mengingat China diprediksi akan menjadi pasar penerbangan terbesar kedua setelah Amerika Serikat, situasi ini sangat merugikan. China dikabarkan boikot Boeing, dan menurut laporan dari International Air Transport Association (IATA), dalam dua dekade mendatang, China akan memerlukan lebih dari 8.000 pesawat baru. Jika Boeing tidak dapat bersaing, dampak negatif terhadap kinerja perusahaan akan sangat terasa.
Selain itu, boikot ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam industri penerbangan global. China dikabarkan boikot Boeing, sehingga dengan permintaan yang tinggi hanya terpusat pada satu produsen, yaitu Airbus, risiko kelangkaan pasokan, keterlambatan dalam produksi, dan ketidakstabilan harga akan semakin meningkat.
Sinyal Bagi Pemerintah AS?
Tindakan China dapat dipahami sebagai sinyal yang jelas kepada pemerintahan Presiden Joe Biden bahwa dampak dari kebijakan Trump masih terasa hingga kini. Meskipun Biden berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih diplomatis dengan Beijing, banyak dari kebijakan tarif yang diterapkan pada era Trump masih tetap berlaku. China dikabarkan boikot Boeing, yang mungkin menjadi salah satu faktor yang mencerminkan strategi “balasan tenang” yang kini mereka terapkan.
Beberapa analis berpendapat bahwa China berusaha memanfaatkan ketergantungan sektor bisnis Amerika Serikat pada pasar global untuk mendorong pemerintahan Biden agar mempertimbangkan kembali kebijakan perdagangan yang ada. Di sisi lain, bagi Biden, menghapus tarif yang ditetapkan oleh Trump bisa dianggap sebagai langkah politik yang tidak populer menjelang pemilihan umum mendatang.
Boeing Berupaya Melobi dan Beradaptasi
Dalam menghadapi tekanan yang semakin berat, Boeing tidak berdiam diri. Perusahaan ini aktif melobi pemerintah AS untuk memulihkan hubungan perdagangan dengan China. Selain itu, Boeing berusaha memperkuat kemitraan dengan negara-negara lain seperti India, Indonesia, dan negara-negara di Timur Tengah guna mengisi kekosongan pasar yang ada.
Meskipun upaya tersebut, banyak analis berpendapat bahwa ketidakhadiran China sebagai pembeli KONOHATOTO78 akan tetap menjadi kerugian signifikan bagi Boeing. Beberapa investor bahkan mengungkapkan kekhawatiran mengenai penurunan prospek jangka panjang perusahaan jika kondisi ini terus berlanjut.
Airbus Diuntungkan, Tapi Waspada
Di sisi lain, Airbus meraih manfaat langsung dari perubahan ini. Dengan meningkatnya kontrak dari China, perusahaan ini memperbesar produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. Meskipun demikian, Airbus tetap bersikap hati-hati. Mereka tidak ingin terlihat terlalu berpihak dalam konflik geopolitik ini, mengingat hal tersebut bisa mengganggu stabilitas hubungan global.
Beberapa pemimpin di Airbus juga mengungkapkan harapan agar persaingan antara AS dan China dapat diselesaikan dengan cara damai, demi menjaga kestabilan industri penerbangan di seluruh dunia.
Potensi Jalan Tengah: Diplomasi Aviasi?
Ada yang berpendapat bahwa sektor penerbangan dapat menjadi sarana diplomasi yang baru antara China dan AS. Mengingat betapa vitalnya industri ini bagi kedua negara, terdapat peluang untuk menciptakan dialog yang lebih positif demi membangun kolaborasi yang saling menguntungkan.
Pertemuan perdagangan, baik bilateral maupun multilateral, dapat berfungsi sebagai platform untuk mendiskusikan isu ini dengan lebih terbuka. Jika strategi ini berhasil, bukan tidak mungkin Boeing akan kembali meraih kepercayaan dari pasar China.
Link : https://bookmarks1.info/china-dikabarkan-boikot-boeing/